Masalah distribusi masih ada untuk tabung gas 3 kg berbiaya rendah - SEPUTAR INFO

Post Top Ad

Link Alternatif : shmvip99.org

Masalah distribusi masih ada untuk tabung gas 3 kg berbiaya rendah

Masalah distribusi masih ada untuk tabung gas 3 kg berbiaya rendah
Masalah distribusi masih ada untuk tabung gas 3 kg berbiaya rendah
Seputar Info - Masalah seputar distribusi tabung gas LPG 3 kilogram bersubsidi tampaknya tidak pernah berakhir, dengan pihak berwenang tidak dapat menemukan solusi. Agen Bandar66

Anggota DPR dan pejabat pemerintah membahas masalah ini, baru-baru ini.

Tiga kg tabung gas hijau seharusnya diproduksi untuk keluarga berpenghasilan rendah dengan harga masing-masing Rp 12.750. Tetapi, pada kenyataannya, tabung itu dijual dengan harga yang jauh lebih tinggi.

Selama dengar pendapat, anggota parlemen dari Partai Demokrat M.Nasir juga mempertanyakan pemerintah mengapa tabung gas diberi harga setinggi itu.

“Berdasarkan peraturan, tabung gas [3 kg] hanya untuk orang miskin. Jadi [setelah bertahun-tahun kasus harga yang lebih tinggi di pasar] Saya pikir itu menunjukkan kegagalan dan masalah ini harus diselesaikan secepatnya, ”kata Nasir.

Harga maksimum tabung LPG bersubsidi adalah Rp 12.750, sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 28/2008.

Peraturan tersebut juga menetapkan bahwa pembeli yang berhak hanya rumah tangga dan perusahaan kecil.

Masalahnya adalah bahwa pengguna akhir membayar lebih dari harga maksimum karena adanya perantara.

Menurut perusahaan holding energi negara, Pertamina, yang merupakan distributor tunggal tabung gas, pasokan gas bersubsidi dimulai dari Pertamina dan pergi ke stasiun pengisian dan pengangkutan curah (SPPBE) LPG, yang dapat dijalankan oleh entitas swasta.

SPPBE ditugaskan mengisi tabung dan mendistribusikannya ke agen, yang mungkin juga merupakan entitas swasta. Agen kemudian mendistribusikan produk gas bersubsidi ke terminal LPG.

Terminal LPG mendistribusikan tabung gas bersubsidi kepada konsumen akhir, kata Presiden Direktur Pertamina Nicke Widyawati, baru-baru ini.

“Saat ini kami memiliki 535 SPPBE. Untuk terminal LPG, kami memiliki sekitar 154.000 di seluruh Indonesia, ”katanya saat dengar pendapat pekan lalu.

Masalahnya adalah bahwa peraturan tentang tabung LPG bersubsidi hanya menetapkan harga maksimum pada Rp 12.750 per tabung - yang bisa lebih tinggi, tergantung pada harga maksimum pemerintah daerah - untuk agen LPG.

Djoko Siswanto, direktur jenderal di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, mengakui situasi tersebut, mengatakan pemerintah tidak dapat mengawasi agen karena kontrol pemerintah atas harga maksimum berakhir di terminal LPG.

“Baru-baru ini saya perhatikan banyak pengecer tabung gas bersubsidi di jalanan. Itu sebabnya harga untuk pelanggan akhir bisa berbeda. Apa yang tidak bisa kami kendalikan adalah harga dari agen ke terminal [pengawasannya ada di tangan pemerintah daerah, ”katanya. Tabung gas bersubsidi yang dijual secara online juga mudah diperoleh, sehingga sulit bagi pemerintah untuk melacak apakah produk didistribusikan kepada penerima yang memenuhi syarat.

Nasir dari Partai NasDem mengatakan masalah lain yang mungkin menyebabkan harga tabung gas bersubsidi yang tidak terkendali adalah keberadaan Asosiasi Pemilik Stasiun Bahan Bakar (Hiswana Migas), anggota yang diduga menerima suap dalam pertukaran persetujuan pendirian terminal LPG.

"Ada laporan bahwa di Sumatera Utara pembayaran sebesar Rp 160 juta sehubungan dengan bisnis terminal LPG dan uang itu ditransfer ke ketua bab lokal Hiswana Migas," klaimnya.

“Di Riau, banyak terminal LPG yang meminta uang, yang mereka katakan untuk biaya tabung. Tapi, itu terlalu banyak. "

Namun, Nicke dari Pertamina menyatakan bahwa perusahaan tidak pernah memberikan wewenang seperti itu kepada Hiswana Migas dan bahwa ada peraturan untuk membenarkan tindakan yang terakhir.

Ketua Hiswana Migas Eri Purnomohadi tidak dapat dihubungi untuk memberikan komentar atas tuduhan tersebut.

Menanggapi situasi ini, Menteri Ignasius Jonan mengatakan pemerintah sedang mencari solusi jangka panjang untuk masalah ini.

“Kami masih mendiskusikan [kemungkinan tabung gas didistribusikan dalam bentuk uang elektronik kepada penerima yang memenuhi syarat],” katanya, seraya menambahkan bahwa solusi jangka pendek yang mungkin adalah menutup terminal LPG ilegal dengan bantuan Kepolisian Nasional.

Peneliti ReforMiner Institute Pri Agung Rakhmanto mengatakan kepada Post bahwa ide Jonan tidak mungkin diterapkan dengan lancar karena kejelasan lebih lanjut diperlukan sehubungan dengan mereka yang memenuhi syarat untuk subsidi.

"Pilihan lain adalah menyediakan tabung LPG 5-6 yang tidak disubsidi [untuk pelanggan yang tidak memenuhi syarat untuk tabung yang disubsidi] dan untuk tidak menambah volume beban tabung LPG 3 kg," katanya. Agen Bandar66

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

Link Alternatif : shmvip99.org
close
Agen Judi Poker Online Terpercaya